3 Fenomena Petani Muda: Realita, Krisis dan Solusinya

3 Fenomena Petani Muda Realita, Krisis dan Solusinya

Dengan julukan sebagai negara agraris, sektor pertanian menjadi hal yang sangat penting untuk dipenuhi, tidak hanya sekedar pemenuhan berbagai komoditasnya saja namun juga orang-orang di baliknya termasuk regenerasi petani muda.

Badan Pusat Statistik mencatat, pada tahun 2020 terdapat lebih dari 64 juta penduduk Indonesia yang masuk ke dalam golongan usia muda produktif meskipun hanya ada 21% anak muda yang bekerja di bidang pertanian alias sebagai petani muda.

Meskipun angka 21% termasuk cukup tinggi, nyatanya petani pada anak muda yang usianya di bawah 40 tahun hanya sekitar 7 sampai 8 persen, karena lebih dari 90% dari mereka lebih memilih bekerja pada bidang manufaktur dan jasa.

Krisis Petani Muda Saat Ini

Menurut Badan Pusat Statistik pertanian menjadi salah satu penopang perekonomian terbesar Indonesia di mana sepanjang 2021, kontribusi sektor pertanian terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) nasional pada tahun 2021 mencapai 13,28% bila dibanding sektor lainnya.

Sayangnya, kemajuan yang mulai kembali pesat dalam hal pertanian ini belum bisa diimbangi dengan jumlah petani yang ada di negara ini karena per 2019 saja, jumlah petani di Indonesia mencapai 33,4 juta orang.

Jumlah tersebut didominasi oleh kelompok usia di atas 40 tahun yakni sekitar 30,4 juta jiwa (91%), sementara petani yang berusia muda di bawah 40 tahun hanya ada 2,7 juta jiwa saja atau dengan kata lain didominasi oleh kalangan tua.

Anak muda yang bekerja di sektor pertanian juga menunjukkan tren yang terus menurun, seperti data yang dikeluarkan oleh BPS di mana pada tahun 2017-2018 saja, penurunan jumlah anak muda yang bekerja di sektor pertanian sudah mencapai lebih dari 400.000.

Jika terus menyusut dari tahun ke tahun, tentu ini akan mengancam regenerasi petani muda di masa mendatang dan menjadi keprihatinan kita bersama karena Indonesia akan kekurangan tenaga ahli di bidang yang memang menjadi sumber kekayaan negara ini.

Sejatinya, fenomena menurunnya minat anak muda untuk terjun ke dunia pertanian tidak hanya terjadi di Indonesia saja, namun di berbagai negara di dunia juga mengalaminya seperti negara-negara di kawasan ASEAN salah satu contohnya.

Di sejumlah negara Asia Tenggara seperti Laos, Vietnam, hingga Kamboja, luas lahan pertanian cenderung stabil dan meningkat, namun tenaga kerja di bidang pertanian mengalami penurunan hingga 10% setiap dekade.

5 Penyebab Rendahnya Minat Petani Muda

Rendahnya minat anak muda untuk bekerja di sektor pertanian memang menjadi masalah bersama di berbagai negara sehingga menarik para ahli untuk mengemukakan pendapatnya sekaligus menanggapi fenomena yang terjadi.

Ada banyak faktor internal yang mempengaruhi rendahnya minat anak muda untuk turun langsung ke dalam dunia pertanian.

Sebagai contoh dari Ibu Leli Nuryati yang merupakan Kepala Pusat Pelatihan Pertanian BPPSDMP yang dalam kesempatan webinar Hari Tani Nasional di UGM September 2021 lalu, menyampaikan bahwa ada setidaknya lima faktor yang menyebabkan banyaknya pemuda kurang merasa tertarik dengan pekerjaan pada sektor pertanian, yaitu:

1. Masalah lahan

Banyak anak muda kurang tertarik terjun ke sektor pertanian karena lahan pertanian yang semakin menyempit, terlebih faktanya pada data pihak BPS menyebutkan kalau luas lahan pertanian pada tahun 2010 saja hanya sekitar 9 juta hektar yang tidak sebanding dengan jumlah penduduk yang mencapai 230 juta jiwa.

Sepuluh tahun kemudian, tepatnya pada tahun 2020 diperkirakan luas lahan baku sawah hanya mencapai 7,4 juta hektar saja di mana penyusutan ini lebih banyak terjadi di pulau Jawa yang hanya menyisakan sekitar 3-4 hektar lahan pertanian.

Lahan pertanian yang semakin sempit tentunya akan membuat apa yang kita usahakan menjadi kurang ekonomis sehingga pada akhirnya membuat para anak muda lebih suka mencari pekerjaan di sektor lain.

2. Adanya prestise sosial

Bisa dibilang prestise sosial adalah suatu status sosial yang berkaitan dengan kehormatan atau kedudukan seseorang dalam kehidupannya, yang mana orang tersebut memiliki unsur kategori yang lebih tinggi daripada lingkungan sekitarnya.

Jika dikaitkan dengan apa yang ada di pikiran anak muda, petani dianggap kurang memiliki prestise sosial yang tinggi, lingkungan kerja yang kotor, dan pekerjaan petani muda dianggap tidak bergengsi di antara pekerjaan lain seperti karyawan kantoran.

Belum lagi anggapan kalau bertani kurang memberikan imbalan atau hasil yang memadai karena banyaknya penjualan hasil pertanian yang rendah dan kurang masuk akal sehingga menjadikan mereka tidak bersemangat untuk mulai bertani.

3. Risiko alam dan harga

Seperti halnya berbagai pekerjaan lain, pertanian juga memiliki risiko yang cukup tinggi, baik risiko yang berasal dari alam, risiko harga bahan baku dan hasil, serta risiko lainnya.

Risiko dari alam seperti tanah longsor, hujan deras, atau cuaca yang tidak menentu sering kali membuat banyak petani merugi karena waktu tanam yang terkendala hingga waktu panen yang kurang sesuai prediksi.

Sejumlah anak muda juga sering kali menganggap kalau harga bahan baku tidak sebanding dengan harga dari hasil pertanian di mana harga benih dan bibit, pupuk, serta biaya perawatan dianggap jauh lebih mahal dibandingkan dengan hasil panen yang ternyata gagal atau kurang baik.

Belum lagi dengan risiko hama dan penyakit yang bisa menyerang tanaman sehingga membuat harga komoditas menjadi jatuh, hasil pertanian tidak sesuai harapan, hingga gagal panen dan menimbulkan kerugian.

4. Pendapatan yang rendah

Tidak sedikit anak muda yang kurang tertarik untuk terjun langsung ke profesi petani karena anggapan bahwa pendapatan seorang petani tidak memiliki pendapatan tetap yang tinggi layaknya seorang pekerja kantoran atau pegawai negeri.

Berdasarkan sensus sebuah institusi pada tahun 2017, rata-rata pendapatan petani di Indonesia hanya mencapai 12,4 juta rupiah per hektar per tahun, atau dengan kata lain jumlah pendapatan per bulan berkisar 1 juta-an rupiah.

Pendapatan ini dinilai sangat kecil dan tidak memenuhi kebutuhan para anak muda, apalagi hal ini tidak sebanding dengan modal yang harus dikeluarkan untuk penanaman bibit pertanian beserta perawatannya.

5. Insentif yang kurang dari pemerintah

Tidak jarang anak muda tidak memiliki minat yang besar terhadap pertanian karena anggapan bahwa pemerintah tidak memberikan insentif secara cukup bagi para petani, terutama para petani yang berusia muda.

Padahal, hal tersebut tidak sepenuhnya benar karena pada tahun 2020 lalu pemerintah telah memberikan sejumlah insentif bagi para petani (dan nelayan) di antaranya program jaring pengaman sosial, subsidi bunga kredit, pemberian stimulus modal kerja, hingga instrumen bantuan non-fiskal.

Anggapan ini tidak jarang terjadi karena kurangnya informasi yang didapatkan oleh para petani dan sentimen negatif yang dirasakan sehingga berbagai program yang seharusnya sudah bisa dinikmati malah belum banyak diketahui oleh para pekerja di sektor pertanian tersebut.

4 Pengaruh Eksternal Keengganan Petani Muda

Pendapat yang dikemukakan oleh Ibu Leli Nuryati di atas dapat dikategorikan sebagai faktor-faktor internal yang banyak mempengaruhi minat anak muda untuk dapat bekerja pada sektor pertanian.

Satu hal yang pasti, menurunnya minat anak muda untuk bekerja di bidang pertanian sebagai seorang petani tentu memiliki konsekuensi yang cukup memprihatinkan bagi keberlanjutan sektor ini sekaligus untuk masa depan umat manusia.

Bagaimana tidak, di masa depan beban sektor pertanian akan semakin meningkat sebagai akibat dari pertambahan penduduk yang berbanding lurus dengan permintaan pangan sehingga produksi pertanian menjadi faktor kunci yang harus dipertanggungjawabkan.

Faktor lain yang sifatnya eksternal juga banyak dikemukakan oleh sejumlah ahli, misalnya insentif pekerjaan yang lebih tinggi di sektor lain, persepsi pekerjaan kota yang lebih bergengsi, perspektif anak muda yang sudah bergeser secara subkultur, hingga kehadiran berbagai produk budaya yang populer dan mengglobal.

1. Insentif pekerjaan di sektor lain yang lebih tinggi

Sesuai dengan data yang ditunjukkan di atas, pendapatan yang didapatkan dari sektor pertanian dianggap sangat kecil dan kurang memadai untuk kalangan anak muda sehingga mereka lebih memilih untuk bekerja di sektor lain dan meninggalkan profesi sebagai petani muda.

Bahkan tidak jarang anak muda di pedesaan lebih memilih untuk merantau, dan berbekal ijazah sekolah yang tidak tinggi mereka rela menjadi kuli bangunan atau bekerja di sektor lain seperti jasa atau niaga.

Untuk yang memiliki pendidikan lebih tinggi seperti SMA atau Sarjana, mereka juga lebih banyak memilih sektor pekerjaan yang lebih formal, terlebih dengan fakta kalau semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula tingkat kritis dan seleksi yang dilakukan untuk memilih sektor pekerjaan yang lebih rasional.

2. Gengsi perkotaan

Faktor lain yang juga menarik kaum muda untuk bekerja di sektor non-pertanian di antaranya adalah terpengaruh oleh hiruk pikuk perkotaan sebagai pusat pembangunan.

Seperti yang sudah kita ketahui, infrastruktur yang berkembang di berbagai sektor non-pertanian sudah semakin pesat dan semakin menarik minat para anak muda sehingga pada akhirnya menimbulkan terjadinya arus urbanisasi yang tinggi.

Terlebih faktanya, pekerjaan di pedesaan cenderung terbatas karena lebih banyak berkaitan dengan pertanian di mana hal ini cukup berbeda jika dibandingkan di daerah kota dengan kesempatan kerja yang lebih beragam.

Anggapan masyarakat terhadap pendapatan orang yang bekerja di kota juga menimbulkan gengsi tersendiri karena dianggap jauh lebih sejahtera jika dibandingkan dengan masyarakat lain yang tinggal di pedesaan.

3. Perspektif subkultur

Jika dilihat dari perspektif sosiologis, generasi muda seakan enggan bekerja di sektor pertanian karena adanya pergeseran subkultur yang sudah menjadi identitas mereka di mana perkembangan subkultur baru di era modern semakin meningkat karena adanya perkembangan teknologi yang semakin pesat.

Era modern memunculkan mimpi, cita-cita, hingga gaya hidup baru pada anak muda pedesaan ditambah dengan perkembangan teknologi dan informasi di kalangan mereka yang membuat mereka memiliki gaya hidup, aspirasi sosial, hingga kemauan pikiran yang baru dan tidak dirasakan oleh generasi sebelumnya.

Berbeda dengan generasi orang tua yang sudah lebih terbiasa dikenalkan dengan kehidupan bertani dan bercocok tanam sejak kecil, anak-anak muda di pedesaan saat ini sudah tumbuh dalam lingkungan pergaulan yang lebih luas, bahkan telah mengenal gadget sehingga pemikiran mereka tidak lagi terkungkung oleh batas wilayah dan geografis.

4. Produk kebudayaan mengglobal

Di era masyarakat yang semakin modern seperti saat ini, tentu berbagai produk budaya yang global seperti film, musik, hingga selera makan yang berasal dari mancanegara tak terelakkan lagi.

Inilah yang juga kemudian berpengaruh ke perkembangan budaya anak muda sehingga pada akhirnya mengubah pemahaman mereka tentang berbagai industri budaya yang berkembang, terlebih saat ini anak-anak muda sudah mendapatkan akses yang lebih cepat dan mudah melalui ponselnya.

Dari perkembangan budaya global inilah kita mengetahui kalau keengganan anak muda untuk terjun ke sektor pertanian tidak cuma disebabkan karena dari sisi ekonomi tidak menarik lagi, namun juga sudah disebabkan oleh cara pandang yang berubah melampaui batas geografis dan warisan kultural dari generasi orang tua sebelumnya.

8 Rekomendasi Solusi Krisisnya Petani Muda

Secara umum, sebenarnya ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan agar dapat menarik anak muda untuk kembali menjalani profesi dalam sektor pertanian, mulai dari produktivitas dan profitabilitas, kenyamanan dan kepuasan kerja, hingga berbagai ketersediaan kesempatan kerja.

Dari ketiga hal tersebut, dapat dirumuskan secara lebih mendetail solusi apa saja yang dapat ditawarkan untuk bisa mengatasi krisisnya petani muda, yakni sebagai berikut.

1. Mengubah persepsi generasi muda

Langkah pertama yang bisa dilakukan untuk lebih mudah meregenerasi kaum muda untuk terjun ke dalam sektor pertanian yakni dengan mengubah persepsi negatif mereka yang menganggap bahwa kegiatan pertanian identik dengan kondisi lingkungan, penghasilan, hingga citra yang kurang menarik.

Persepsi tersebut haruslah diubah menjadi lebih positif kalau pertanian bisa lebih inklusif dan akan mendapat hasil yang lebih menjanjikan apabila ditekuni secara sungguh-sungguh, terlebih anak muda merupakan generasi yang penuh semangat untuk membuat sesuatu menjadi lebih baik.

Salah satu caranya adalah menunjukkan bahwa hidup di pedesaan merupakan sesuatu yang menarik, bergaya, dan mengikuti perkembangan dunia melalui media sosial yang memang menjadi primadona banyak anak muda.

Dengan adanya pengubahan persepsi generasi muda bahkan sejak dini tentunya membuat para pemuda merasa lebih tertarik hingga akhirnya mencoba terjun langsung ke dalam sektor pertanian.

2. Pengembangan sektor agroindustri

Selama ini, sistem pertanian di Indonesia lebih berfokus pada kegiatan on farm yang ditunjukkan dengan produksi bahan mentah atau bahan baku yang digunakan dalam berbagai kegiatan produksi atau industri (budi daya) sehingga belum ada fokus pada kegiatan off farm atau pasca panen.

Pengembangan agroindustri tentu akan mengubah pandangan anak-anak muda yang hanya menganggap kalau sistem pertanian hanya akan menghasilkan material mentah, padahal pertanian juga bisa memberi hasil produk yang memiliki nilai tambah.

Melalui agroindustri, anak-anak muda bisa lebih mudah memperbaiki citra pertanian di mana mereka tidak harus terus berkutat pada lahan pertanian sehingga di saat yang sama, teknologi pertanian juga wajib diperbaiki guna meningkatkan produktivitas dan gengsi kaum muda terhadap pertanian on farm.

3. Meningkatkan inovasi teknologi

Inovasi dan teknologi sejatinya adalah hal yang sangat dekat dengan anak muda sehingga adanya inovasi dan teknologi yang saling terkait juga akan semakin menguatkan karakteristik anak muda sekaligus menggugah ketertarikan mereka terhadap sektor pertanian agar lebih ingin tahu serta mencoba berbagai peluang baru.

Salah satu cara yang bisa dilakukan yakni dengan melakukan inovasi urban farming di mana inovasi ini dilakukan untuk mengubah persepsi anak muda bahwa pertanian tidak hanya dapat dilakukan di lahan persawahan, namun dapat dilakukan pada lahan sempit di perkotaan sekalipun.

Adapun model inovasi yang bisa dilakukan bisa melalui wall gardening, vertical garden, hidroponik, hingga berbagai budidaya menggunakan pot yang dibuat sendiri (produk Do It Yourself) yang tentunya menarik dan bisa meningkatkan keingintahuan anak muda terhadap dunia pertanian.

Kita juga dapat menyebarkan model inovasi ini melalui sosial media seperti Instagram, Twitter, hingga Facebook yang dapat menimbulkan efek viral sehingga semakin meningkatkan semangat anak muda untuk terlibat dalam memahami teknologi pertanian itu sendiri.

4. Pelatihan dan pemberdayaan petani

Kita menyadari kalau masalah umum ketenagakerjaan di Indonesia adalah belum banyaknya lapangan kerja dan rendahnya mutu tenaga kerja, termasuk di dalamnya tenaga pertanian sehingga penciptaan lapangan kerja harus dilakukan secara komprehensif dengan mempertimbangkan berbagai faktor permintaan dan pasokannya.

Oleh karenanya, mengaktifkan peran berbagai institusi dan program terkait untuk memberikan berbagai pelatihan pertanian diharapkan bisa membuat banyak tenaga kerja muda di wilayah pedesaan tidak perlu meninggalkan desanya untuk merantau ke kota karena mereka telah terampil untuk bekerja di sektor on farm, industri pertanian, dan jasa pendukung lainnya.

Tidak hanya sekedar pelatihan, namun program pemberdayaan petani juga perlu dilakukan baik oleh pemerintah, lembaga swasta, maupun berbagai lapisan masyarakat lain guna mendukung ketersediaan regenerasi petani di kalangan usia muda.

Sebagai contoh, pemberdayaan yang dilakukan oleh Yayasan Agri Sustineri Indonesia yang menjalankan sejumlah program pada divisi-divisinya untuk mendukung pemberdayaan petani, baik yang sudah lama berkecimpung dalam sektor pertanian maupun petani yang berasal dari kalangan anak muda.

5. Memperkenalkan pertanian sejak dini

Langkah lain yang bisa diupayakan untuk meningkatkan regenerasi petani muda adalah dengan memperkenalkan pertanian sejak anak-anak bahkan remaja, bahkan mahasiswa untuk meningkatkan jiwa wirausaha, peluang bisnis, dan tentunya perkembangan pertanian itu sendiri.

Menumbuhkan minat dan ketertarikan generasi muda pada sektor pertanian bisa dilakukan dengan melakukan pendekatan pada berbagai sekolah untuk memasukkan pelajaran pertanian sebagai muatan lokal sehingga siswa tidak hanya sekedar mengetahui namun juga bisa mempraktikkannya langsung di sekolah bahkan rumahnya.

6. Pemberian insentif

Insentif juga bisa diberikan kepada petani yang berasal dari kalangan anak muda guna menarik minat mereka untuk menjalankan usaha dan terjun langsung pada sejumlah sektor pertanian.

Adapun program insentif yang dapat diberikan seperti subsidi input dan suku bunga kredit, kemudahan birokrasi dan perizinan, hingga jaminan harga pasar yang stabil.

Insentif dalam bidang finansial diperlukan sebagai akses petani pemula untuk mendapatkan kredit di sektor perbankan yang sering kali menjadi kesulitan tersendiri karena perbankan biasanya akan selalu mensyaratkan agunan untuk meminimalisir risiko, padahal petani pemula biasa belum mempunyai aset yang memadai.

Pemerintah juga perlu memberikan insentif pada hal perizinan yang lebih sederhana sehingga petani pemula bisa lebih terdorong untuk berwirausaha pada sektor agroindustri dengan harga pasar yang lebih stabil.

7. Kebijakan penjualan langsung

Ada salah satu hal yang sering kali membuat stigma negatif terhadap profesi petani, yakni keuntungan yang kecil karena para petani harus melewati berbagai pihak untuk bisa menjual produknya hingga ke pasaran untuk sampai di tangan konsumen.

Tentunya, hal-hal semacam ini akan merugikan para petani itu sendiri karena harga yang diberikan dari petani dan harga pasaran jauh sering kali jauh berbeda sehingga hal tersebut menjadi pertimbangan tersendiri bagi para petani muda untuk mulai mengembangkan usahanya.

Oleh karenanya, adanya kebijakan untuk bisa mengubah sistem penjualan yang langsung ke tangan pembeli bisa menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan keuntungan para petani yang pada akhirnya akan meningkatkan minat generasi muda terhadap usaha di bidang pertanian.

8. Dukungan penelitian dan pendidikan

Pendidikan dalam hal pertanian juga merupakan satu hal yang sangat penting karena selain dapat menumbuhkan petani yang memiliki keahlian yang andal juga dapat mengembangkan pertanian pada sektor lain seperti teknologi dan bisnis untuk perkembangan sektor pertanian itu sendiri.

Akses pendidikan dalam hal pertanian tidak hanya dapat diberikan pada jenjang sekolah menengah atas atau perguruan tinggi saja, namun juga dapat dimulai sejak sekolah dasar.

Penelitian dalam hal pertanian juga sangat penting karena dengan adanya penelitian yang memadai, maka dapat dikembangkan berbagai teknologi terkini seputar pertanian, inovasi pembibitan hingga hasil akhir menjadi unggul, dan nantinya bisa menjadi jembatan negara Indonesia menjadi lumbung pangan yang tidak hanya menguntungkan negara namun juga para petani.

Dukungan pemerintah dan masyarakat terhadap dua hal tersebut tentu akan sangat membantu pengembangan pendidikan dan penelitian di bidang pertanian sehingga ketahanan pangan bisa semakin terwujud demi kesejahteraan petani dan masyarakat Indonesia.

Dukungan YASI Bagi Petani Muda

Salah satu lembaga atau organisasi yang mendukung petani di Indonesia untuk terus mengembangkan potensi dunia agraris sehingga tidak kalah majunya dengan potensi sumber daya alam di negara lain khususnya wilayah Asia yakni Yayasan Agri Sustineri Indonesia.

Yayasan Agri Sustineri Indonesia alias YASI, merupakan suatu organisasi nirlaba yang bergerak secara independen atau mandiri dengan fokus utama pada seluruh kegiatan sosial dan kemanusiaan yang dapat mendukung bidang pertanian secara berkelanjutan serta dapat meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan para petani muda hingga petani kecil di wilayah seluruh Indonesia.

Sebagai informasi, YASI telah didirikan semenjak tahun 2020 dengan visi misi yang berbeda dari organisasi lain bahkan organisasi ini telah diakui oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham).

Adapun visi dari YASI yakni melakukan kerja sama dengan mitra Internasional maupun lokal dalam mengembangkan dan meningkatkan jangkauan dari kinerja program yang telah dimilikinya,

Misi dari YASI yaitu ingin meningkatkan kesejahteraan para petani termasuk petani kecil dari berbagai sisi seperti budi daya atau produktivitas, pemasaran hasil pertanian, pengenalan penggunaan teknologi tepat guna, bahkan membekali berbagai manajemen risiko dalam bertani.

Pihak YASI tentunya menyambut dengan sangat baik dalam menjalankan kerja sama baik dengan para mitranya maupun berbagai lembaga yang mempunyai visi dan misi yang sejalan dengan mereka.

Ada banyak dukungan yang diberikan oleh YASI bagi para petani di Indonesia seperti melalui berbagai inovasi dan solusi terhadap perkembangan para petani serta berbagai program yang dibimbing langsung oleh para divisinya, seperti :

1. Divisi Agriservice

Divisi Agriservice merupakan suatu divisi Usaha Jasa Pertanian yang ada pada YASI untuk menciptakan dan memberdayakan para wirausahawan muda di berbagai desa melalui kegiatan agribisnis sehingga berbagai informasi mengenai pertanian dapat diakses dengan cepat dan mudah.

Divisi ini memiliki tujuan utama yang sangat penting dalam menciptakan nilai tambah untuk gurem atau petani di Indonesia melalui berbagai inovasi yang dikembangkan pada aspek pertanian berkelanjutan serta aktivasi rantai nilai.

Fokus utama pada tujuannya itu berkaitan dengan upaya mengembangkan model bisnis berkelanjutan pada usaha jasa pertanian di pedesaan yang mereka sebut sebagai Pancer Tani.

Pancer Tani yang mereka bimbing dan dampingi secara langsung telah menghubungkan petani kecil ke berbagai penjuru pasar sehingga dapat meningkatkan pendapatan para petani.

Adapun program-program yang diadakan oleh divisi Agriservice melalui Pancer Tani yakni Agri Advokasi, Pupuk Organik, Jasa Mekanisme Panen dan Pasca Panen, Kios Tani, Persemaian Benih Unggul, Jasa Mekanisme Olah Lahan, Jual Beli Hasil Bumi, dan Kontrak Tani.

Adanya Pancer Tani yang dipegang oleh divisi Agriservice telah berdampak positif bagi perkembangan pertanian di desa, misalnya seperti :

  • Meningkatnya produktivitas, kualitas, dan penanganan pascapanen dari produk pertanian
  • Meningkatnya kesejahteraan para petani
  • Berkembangnya keterampilan yang dimiliki para petani khususnya dalam bertani secara profesional
  • Terfasilitasinya berbagai peralatan yang digunakan untuk menyiapkan lahan sehingga proses bertani semakin maksimal
  • Mudahnya akses pemasaran yang lebih efisien
  • Mudahnya akses pemenuhan kebutuhan petani melalui kredit keuangan
  • Berkembangnya keterampilan para petani dalam memanfaatkan teknologi digital
  • Berkembangnya keterampilan digitalisasi para petani dalam mengevaluasi bisnis bertani

2. Divisi Seeds2B

Divisi Seeds2Business atau sering disebut Seeds2B merupakan suatu divisi yang bergerak di bidang pembenihan melalui para produsen benih lokal sehingga para petani kecil mendapatkan banyak berbagai pilihan benih unggul.

Adanya benih yang unggul tentu akan menghasilkan perbedaan yang besar pada hasil panen yang didapatkan oleh para petani kecil.

Sayangnya, para petani kecil di berbagai pelosok di Indonesia belum mendapatkan pemahaman mengenai beragamnya varietas benih yang unggul baik dari segi potensi hasil panen, daya tahan tanaman terhadap hama dan penyakit dalam bertani.

Divisi Seeds2B ini memiliki berbagai program unggulan seperti pembinaan petani maupun produsen benih, dukungan teknis, transfer teknologi, serta uji coba lapangan yang sangat bermanfaat bagi pengembangan pembenihan para petani kecil di pedesaan.

Munculnya divisi Seeds2B pastinya sangat bermanfaat bagi para petani karena berbagai program yang dihadirkan oleh divisi tersebut sangat solutif termasuk adanya pelatihan produsen benih lokal yang dapat mengatasi permasalahan kualitas benih yang terbatas bagi para petani kecil.

Pelatihan pembenihan yang unggul memiliki sasaran utama produsen benih termasuk petani kecil sehingga hasil panen yang mereka dapatkan memiliki kualitas yang unggul.

Adanya pelatihan tersebut juga akan berdampak baik pada pendapatan mereka karena banyak konsumen yang akan membeli hasil panen yang berkualitas sehingga proses permintaan hasil panen akan meningkat tajam.

Program dukungan teknis seperti memberikan masukan mengenai produksi benih, menyusun Prosedur Operasional Standar, melakukan pembimbingan dalam mengembangkan profil varietas, serta memberikan fasilitas dalam menciptakan rantai pasokan baru juga sangat bermanfaat bagi para petani kecil.

Berbagai informasi mengenai teknologi yang berkaitan dengan peningkatan kualitas produksi pertanian juga diperkenalkan oleh divisi Seeds2B sehingga para petani kecil dapat memenuhi permintaan pasar dengan benih panen yang berkualitas unggul.

Selain itu, pihak divisi Seeds2B dari YASI juga melakukan uji coba lapangan mengenai varietas unggul yang disesuaikan dengan kondisi cuaca pada saat itu sehingga kualitas pembenihan akan senantiasa terjaga.

Pengujian tersebut juga dilakukan melalui teknik agronomi dan penilaian daya tahan dari berbagai hama maupun penyakit pada tanaman pertanian.

Hal di atas tentu akan memberikan manfaat kepada para petani sehingga memiliki berbagai pilihan varietas serta hasil yang lebih maksimal.

3. Divisi AIS

AIS merupakan divisi Asuransi Pertanian yang bekerja sama dengan perusahaan asuransi dalam menyediakan berbagai akses kepada suatu alat mitigasi risiko sehingga para petani muda dapat memenuhi berbagai kebutuhan dalam bertani.

Perlu diketahui, AIS yang disediakan oleh pihak YASI memiliki kepanjangan dari Agricultural Insurance Solutions untuk melindungi para petani kecil dari berbagai risiko dalam memproduksi hasil pertanian.

Perlindungan dari risiko yang terjadi misalnya ketika menghindari kerugian yang besar saat anomali cuaca yang sangat mengganggu proses panen.

Asuransi tersebut tentunya berbasis indeks sehingga perlindungan yang diberikan oleh AIS sangat menyesuaikan parameter cuaca yang saat itu terjadi di lapangan dan inspeksi lapangan dengan biaya operasi yang tinggi tidak akan dilaluinya, termasuk pelaksanaan yang tidak efektif juga akan dihindari oleh AIS.

Program distribusi asuransi pada AIS diimplementasikan melalui lembaga keuangan dengan nama program berupa Dana Pandan.

Program Dana Pandan menjadi suatu produk kredit modal yang dapat digunakan oleh para petani kecil sehingga dapat melindungi berbagai hal yang berkaitan dengan pertanian.

Program Dana Pandan memiliki empat komponen, yakni Asuransi Pertanian Parametik, Pinjaman sarana produksi pertanian, Pinjaman tunai bagi usaha tani, pemberian informasi mengenai budidaya pertanian yang disesuaikan dengan rekomendasi dari pemerintah.

WII atau Weather Index Insurance atau Asuransi Pertanian Parametik menjadi suatu terobosan baru bagi Indonesia dalam sektor asuransi pertanian yang menggabungkan pendekatan parametik dengan teknologi modern sehingga dapat menciptakan asuransi yang dapat dijangkau dengan mudah oleh para petani dalam melindungi produksinya.

Pinjaman sarana produksi pertanian juga menjadi paket perlindungan yang aman dalam menanggulangi risiko berbagai penyakit maupun hama tanaman sehingga para petani tidak perlu melakukan pencarian produksinya di tempat yang lain.

Adanya pinjaman tunai juga dapat digunakan untuk menjalankan berbagai usaha yang dilakukan oleh para petani seperti budidaya tanaman melalui pembelian benih, persiapan lahan, kebutuhan pupuk, tenaga kerja, atau lainnya.

Berbagai rekomendasi dari pemerintah mengenai budidaya pertanian yang baik juga akan memudahkan para petani dalam menyiapkan hasil produksinya yang maksimal dan berkualitas.

Ada banyak peran yang diberikan oleh AIS melalui YASI, diantaranya sebagai berikut.

  • Melakukan inisiasi serta menjalin hubungan dengan berbagai pihak dalam mengembangkan dan menerapkan Dana Pandan
  • Memberikan advokasi serta awareness building kepada berbagai distributor, asosiasi pertanian, kelompok tani, jasa atau toko tani, perusahaan benih, institusi publik, institusi privat, pemerintah, offtaker, maupun lainnya
  • Melakukan pengembangan terhadap asuransi pertanian parametik untuk kebutuhan hortikultura maupun tanaman pangan di berbagai wilayah pelosok Indonesia
  • Melakukan berbagai pengembangan pada channel distribusi melalui aggregator pertanian maupun perbankan
  • Adanya transfer teknologi tentang asuransi pertanian parametik serta tata cara dalam melakukan budidaya yang berkualitas unggul berdasarkan rekomendasi dari pemerintah

Sebagai informasi, para petani yang mengambil AIS akan mendapatkan berbagai manfaat yang lengkap misalnya modal, adanya perlindungan usaha pertanian dari berbagai anomali cuaca, bahkan perlindungan dari hama dan penyakit.

Demikian sejumlah hal mengenai kondisi petani muda di Indonesia, baik dari segi risiko, tantangan, sejumlah rekomendasi solusi dari berbagai permasalahan tersebut, serta peran YASI untuk kemajuan pertanian. Semoga informasi tersebut semakin menyadarkan kita betapa pentingnya generasi muda dalam sektor pertanian.

Share Artikel Ini

Facebook
WhatsApp
Telegram
Email
Admin
Admin

Yayasan Agri Sustineri Indonesia

Artikel Terkait

Mari Menjadi Partner dari Yayasan Agri Sustineri Indonesia

Dapatkan banyak Benefitnya, Untuk lebih jelas silahkan hubungi tim kami